Sebuah Legenda yang hampir terlupakan


Posting kali ini, saya putuskan untuk langsung survey ke lapangan, perjalanan diawali dengan mengunjungi seorang kawan di Kp. Pakuhaji Desa Pagerbatu Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang. Dari obrolan-obrolan kecil disini, kemudian kami mulai membahas sebuah legenda yang cukup unik dan sangat dipercaya oleh masyarakat disini.  Sebuah cerita yang menggambarkan perebutan kekasih yang diperebutkan oleh dua orang bersaudara. Menurut penuturan Yusep, dilokasi tersebut masih bisa dijumpai peninggalan dan petilasan yang dipercaya masyarakat disini, sebagai bukti terjadinya cerita ini.

Didorong oleh rasa penasaran, akhirnya saya putuskan untuk mencari narasumber lain yang bisa memperkuat jalan cerita ini. Akhirnya  bersama tiga orang rekan lain, saya putuskan untuk berkunjung ke rumah Haji Tobri, yang menurut penuturan Yusep ia adalah orang yang selama ini menjaga dan merawat tempat petilasan tersebut.

Tiba dirumah Haji Tobri, pembicaraan dilanjutkan dengan menyusuri awal mulanya cerita ini terjadi. Menurut penuturan Haji Tobri, Di Gunung Karang ini dahulu terdapat seorang putri yang sangat cantik jelita bernama Nyi Putri Sari Wulan atau sebagian masyarakat menyebutnya Nyi Putri Badriah. Kecantikan yang dimiliki oleh Nyi Putri ini, akhirnya menarik perhatian dua orang laki-laki yang masih bersaudara (adik-kakak, red). Kedua orang yang sama-sama mencintai Nyi Putri ini adalah Ki Lenggang Jaya (kakak) dan Ki Lamuafi (Adik).

(Gunung Karang adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Pandeglang dengan ketinggian 1.778 m dpl. Nama Gunung Karang sendiri menurut penuturan Haji Sobri merupakan nama yang diberikan Pemerintah untuk Gunung Banten. “Dulu nama ini dikenal dengan nama Gunung Banten, pemberian nama menjadi Gunung Karang saya sendiri tidak mengetahuinya sejak kapan” jelas Haji Tobri.)

Kedua orang yang memiliki kesaktian ini akhirnya harus mempertaruhkan nyawanya untuk memperebutkan Nyai Putri. Ki Lamuafi yang memiliki kesaktian melebihi kakaknya ini dipercaya memiliki Ilmu Karan. Ilmu kesaktian yang sangat sulit sekali dikalahkan oleh saudaranya. Akhirnya dengan siasat yang licik Ki Lenggangjaya dapat mengalahkan Ki Lamuafi pada saat dirinya lengah. Ia menyembelih Ki Lamuafi saat sedang sujud di tempat dimana ia sering bertapa.

Posisi Ki Lamuafi yang sedang bersujud itu, akhirnya berubah menjadi sebuah batu. Batu yang berbentuk seperti orang sedang bersujud ini, menurut kepercayaan masyarakat setempat adalah wujud Ki Lamuafi saat ia disembelih oleh Ki Lenggang Jaya.

Sedangkan Ki Lenggang Jaya sendiri menurut cerita Haji Tobri, berubah wujud menjadi seekor Harimau, yang sampai saat ini dipercaya masih menghuni petilasan-petilasan tersebut. Nyi Putri yang mengetahui peristiwa ini, dengan kesedihan yang sangat mendalam akhirnya meninggal dunia dan dikubur disekitar petilasan-petilasan tersebut, ujar Haji Tobri.

Kuburan Nyi Putri

Peninggalan-peninggalan yang memperkuat cerita tersebut dan dipercaya kebenarannya oleh masyarakat yaitu berupa Sumur dimana Nyi Putri sering mandi disitu, tempat pertapaan Ki Lamuafi yang berupa batu datar ukuran 1 X 1 meter, sebuah Goa tempat dimana Ki Lenggangjaya bertapa, Kuburan Nyi Putri serta sebuah batu yang berbentuk sesosok manusia yang sedang bersujud.

Menurut Haji Tobri, petilasan-petilasan tersebut sampai saat ini sering dikunjungi oleh orang-orang dari luar kota dengan berbagai maksud dan tujuan yang beragam. Biasanya mereka yang datang secara berombongan ini adalah untuk mencari karomah dari petilasan tersebut, mereka biasanya berharap karomah untuk peruntungan, dagang dan perjodohan ujarnya.

Sumur tempat pemandian Nyi Putri

Tempat pemandian Nyi Putri yang berupa sumur dan sering digunakan mandi oleh Nyi Putri ini, bagi sebagian penziarah dipercaya memiliki karomah untuk memudahkan perjodohan. Sedangkan batu tempat bertapanya  Ki Lamuafi dipercaya penziarah memiliki karomah untuk perdagangan dan peruntungan. Sedangkan Goa yang berdiameter kurang lebih setengah meter ini, sampai saat ini tidak ada orang yang berani memasukinya, baik masyarakat setempat maupun para peziarah.

Ketika kami berusaha menanyakan mengenai asal-usul ketiga orang yang ada dalam cerita tersebut, Haji Tobri sendiripun tidak mengetahuinya. Cerita ini adalah cerita yang diturunkan secara turun temurun oleh masyarakat. “Saya sendiri baru mengurus petilasan tersebut dari tahun 1996, ujarnya. Awalnya tempat itu berupa semak belukar yang tidak terurus, karena seringnya penziarah yang mendatangi tempat itu, akhirnya ia putuskan untuk memelihara tempat itu. Dengan modal sendiri ia mulai membersihkan dan membangun sebuah tempat peristirahatan dilokasi ini.

“Meskipun ini sebuah legenda yang mungkin sulit dibuktikan dan jauh dari fakta sejarah, sampai  kini, tempat ini bisa dijadikan sebuah kekayaan potensi budaya, yang mau tidak mau itu harus diakui sebagai potensi yang perlu digali”, lanjutnya.

“Saya berharap, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang dapat memperhatikan lokasi ini, karena bukan tidak mungkin lokasi ini menjadi sebuah objek wisata ziarah yang cukup menarik seperti tempat-tempat lainnya yang berada di Pandeglang” tuturnya.

Obrolan kami akhiri dengan keputusan, kami akan langsung meninjau lokasi tersebut. Menurut Haji Tobri jarak dari rumahnya sampai dengan lokasi berupa jalan setapak yang dapat ditempuh kurang lebih 15 menit. Dengan semangat’45, sayapun langsung menyanggupi untuk langsung menuju lokasi. Apa yang ada dalam benak saya ternyata melenceng, dengan jalan yang licin dan tanjakan yang cukup terjal akhirnya saya harus menyerah ditengah perjalanan. Kelelahan yang mulai mendera ini, cukup terobati dengan panorama indah yang terhampar didepan mata. Saya putuskan untuk berhenti ditempat ini, dan berharap kawan-kawan lain tetap melanjutkan perjalanannya menuju lokasi tersebut.

Beberapa buah photo yang sempat diambil oleh kawan-kawan cukup menjadi obat penyesalan saya karena tidak dapat mencapai lokasi…….

————- kembali kehalaman pertama ————-

Pos ini dipublikasikan di 01 Sejarah. Tandai permalink.

2 Balasan ke Sebuah Legenda yang hampir terlupakan

  1. Iim Mulyana berkata:

    segudang potensi wisata di Gunung Karang, belum terungkap. untuk mengungkapnya, bukan hanya mental dan fisik yang harus dipersiapkan, tapi juga niat dan kegigihan, yang tulus untuk mengetahui patilasan-patilasan itu, tanpa terbersit sedikitpun niat buru dibenak anda !!! Selamat menelusuri !!!

  2. AddiniAnany berkata:

    Just want to say what a great blog you got here!
    I’ve been around for quite a lot of time, but finally decided to show my appreciation of your work!

    Thumbs up, and keep it going!

    Cheers
    Christian, iwspo.net

Tinggalkan komentar